Kontrol bulanan selama masa kehamilan dilakukan di MMC, semacam klinik milik perusahaan. Selain dekat dengan tempat tinggal dan gratis (tidak dipotong dari jatah insurance), juga memiliki fasilitas yang lebih dari cukup.
Setelah 8 bulan kehamilan, barulah dokter MMC memberikan semacam surat pengantar ke RS manapun di Qatar yang ingin kita jadikan sebagai tempat persalinan. Kecuali jika ditemukan adanya gejala kelainan, akan segera di rujuk ke Hamad Hospital, RS terlengkap di Qatar.
Selama 8 bulan kehamilan, cek urine dan darah menjadi agenda rutinnya. Makanya istri abang sekarang sudah biasa melihat jarum suntik, ga takut lagi seperti dulu di Indo, Sabar ya De...entar juga berlalu masanya....he..he...(gombal mode ON). Selama hasil pemeriksaan yang ada pada kedua sampel tersebut normal, para dokter hanya memberi obat yang "normal" pula, seperti penambah zat Besi, Asama folat dan Calsium. Ini bukan karena mereka pelit dengan harga obat yang harus di keluarkan, tetapi memang ada alasan lain. Abang pernah tanya kenapa mereka tidak pernah memberi multivitamin, hormon penambah ASI atau obat-obat "perangsang" lainnya, mereka bilang sepanjang hasil cek keduanya OK, maka ketiga obat tersebut sudah cukup menyokong masa kehamilan. Adapun kebutuhan lainnya akan bisa diproduksi secara natural oleh tubuh itu sendiri.
Ehm.....abang pikir2 masuk akal juga sih. Sekarang coba bedakan dengan sebagian dokter (oknum) di Indo yang selalu "mengobral" abat2an ke pasien, khususnya pasien berasuransi...tau sendiri lah...
Selama masa itu juga, hanya dilakukan 2x USG, yaitu ketika kandungan berumur sekitar 4 bulan dan 7 bulan.
Oh, ya kalau melihat dari segi peralatan, umumnya fasilitas kesehatan di Qatar memiliki peralatan yang lengkap dan canggih. Tidak kalah lah dengan RS. Hermina atau RS. Mitra Keluarga di Jakarta. Tapi kalau dari segi kualitas atau personal skill para dokter dan perawatnya, jauh..... tertinggal dengan Indonesia.
Misalnya dari beberapa dokter yang pernah abang temui (bukan hanya di MMC), kebanyakan hanya bisa mengetik dengan "11" jari alias 2 jari. Terkadang masih bingung mencari tuts huruf yang ada di keyboard, Memalukan !. Mereka cuma menang dari segi bahasa dan cara meyakinkan pasiennya saja. Sedangkan para perawatnya, kita hanya akan nyaman kalau ditangani oleh mereka yang berasal dari philipphine atau Indo, karena mereka sangat trampil dan cekatan. Selebihnya...was2 aja bawaannya....
Anyway, sampai kontrol bulan kedelapan istri masih bisa "menikmati" masa kehamilannya.
Setelah 8 bulan kehamilan, barulah dokter MMC memberikan semacam surat pengantar ke RS manapun di Qatar yang ingin kita jadikan sebagai tempat persalinan. Kecuali jika ditemukan adanya gejala kelainan, akan segera di rujuk ke Hamad Hospital, RS terlengkap di Qatar.
Selama 8 bulan kehamilan, cek urine dan darah menjadi agenda rutinnya. Makanya istri abang sekarang sudah biasa melihat jarum suntik, ga takut lagi seperti dulu di Indo, Sabar ya De...entar juga berlalu masanya....he..he...(gombal mode ON). Selama hasil pemeriksaan yang ada pada kedua sampel tersebut normal, para dokter hanya memberi obat yang "normal" pula, seperti penambah zat Besi, Asama folat dan Calsium. Ini bukan karena mereka pelit dengan harga obat yang harus di keluarkan, tetapi memang ada alasan lain. Abang pernah tanya kenapa mereka tidak pernah memberi multivitamin, hormon penambah ASI atau obat-obat "perangsang" lainnya, mereka bilang sepanjang hasil cek keduanya OK, maka ketiga obat tersebut sudah cukup menyokong masa kehamilan. Adapun kebutuhan lainnya akan bisa diproduksi secara natural oleh tubuh itu sendiri.
Ehm.....abang pikir2 masuk akal juga sih. Sekarang coba bedakan dengan sebagian dokter (oknum) di Indo yang selalu "mengobral" abat2an ke pasien, khususnya pasien berasuransi...tau sendiri lah...
Selama masa itu juga, hanya dilakukan 2x USG, yaitu ketika kandungan berumur sekitar 4 bulan dan 7 bulan.
Oh, ya kalau melihat dari segi peralatan, umumnya fasilitas kesehatan di Qatar memiliki peralatan yang lengkap dan canggih. Tidak kalah lah dengan RS. Hermina atau RS. Mitra Keluarga di Jakarta. Tapi kalau dari segi kualitas atau personal skill para dokter dan perawatnya, jauh..... tertinggal dengan Indonesia.
Misalnya dari beberapa dokter yang pernah abang temui (bukan hanya di MMC), kebanyakan hanya bisa mengetik dengan "11" jari alias 2 jari. Terkadang masih bingung mencari tuts huruf yang ada di keyboard, Memalukan !. Mereka cuma menang dari segi bahasa dan cara meyakinkan pasiennya saja. Sedangkan para perawatnya, kita hanya akan nyaman kalau ditangani oleh mereka yang berasal dari philipphine atau Indo, karena mereka sangat trampil dan cekatan. Selebihnya...was2 aja bawaannya....
Anyway, sampai kontrol bulan kedelapan istri masih bisa "menikmati" masa kehamilannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar