Pertanyaan ini sering ditujukan oleh orang2 Filipino kepada abang dan banyak orang Indo lainnya. Di ruang tunggu, di dalam bis, di dalam lift, di mall, bahkan di masjid mereka sering membuka pembicaraan dengan pertanyaan ini.
Apa maknanya?
Banyak hal yang bisa kita ambil manfaat dari kebiasaan mereka ini. Setidaknya ini mencerminkan bahwa mereka sangat akrab dengan sesamanya, merasa membutuhkan satu sama yang lain atau yang semakna dengan itu. Karena pemahaman dari pertanyaan tersebut adalah mereka berharap jawaban kita adalah “YA”. Bila jawabannya adalah seperti yang mereka harapkan, tentu pembicaraan selanjutnya sudah bisa kita tebak arah topiknya.
Lihatlah, bagaimana akrabnya sesama mereka, bagaimana keinginan mereka untuk saling berkomunikasi dengan sesama mereka, sekali lagi setidaknya di tanah perantauan, yang menjadi lahan penghasilan terbesar negara tersebut.
Nama Filipina berasal dari penguasa Spanyol yang pernah menjajah negara ini yaitu Raja Felipe II yang kemudian di kuasai berturut2 oleh Negri Uncle Sam dan Negri Tirai Bambu. Orangnya di sebut sebagai Filipino atau terkadang di panggil Kabayan. Komunitas mereka sangat mudah ditemui di sekitar Souq Atsiri tidak jauh dari Terminal Bis Al-Fardhan.. Di sana ada Supermarket yang namanya Kabayan. Dulu abang kira itu punya orang sunda…ukhh dasar, ndeso…
Walaupun sebagian besar expat Filipino bukan beragama Islam, namun etika bekerjanya mirip2 dengan kita, mungkin karena berada dalam wilayah yang berdekatan sehingga karakter dan budayanya juga tidak terlalu berbeda. Mereka lebih banyak bekerja dari pada CM atau melakukan pendekatan dengan para petinggi. Untungnya, Supervisor abang adalah seorang Filipino sehingga komunikasi dan etika bekerja lebih mudah untuk merangkainya.
Satu hal yang harus di akui bahwa umumnya English mereka jauh lebih bagus dari kebanyakan kita, karena mereka menggunakannya sebagai bahasa resmi bersama Bahasa Tagalog. Dengan kelebihan inilah menjadikan mereka “unggul” dalam jumlah penempatan pekerja di bidang jasa, seperti kasir dan pramuniaga di supermarket, pekerja di restoran cepat saji, dan di beberapa tempat lainnya. Dengan kelebihan ini juga mereka berani “menjual” kemampuan mereka untuk bersaing di sekor formal dengan para expat lain termasuk dari Indo.
Yang menarik dari fenomena orang2 Filipino di tanah Arab adalah hampir setiap Jum’at ada saja yang bersyahadat untuk masuk Islam, terutama di Masjid Al-Fanar yang salah satu perannya adalah membantu kemudahan para muallaf di Qatar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar