Senin, November 29, 2010

Kenapa Ibu-Ibu Indo pada Betah di Qatar

Sudah hampir 6 bulan abang ga nulis lagi. sedikit kesibukan dengan hadirnya sang buah hati yang ketiga. Namun demikian tetap aja banyak e-mail yang masuk menanyakan berbagai hal tentang apa dan bagaimana bekerja di Qatar. Sebagiannya abang balas, sebagiannya belum di respon. Karenanya, abang sempatkan untuk menulis lagi hal-hal yang berkenaan dengan Qatar. Semoga bermanfaat.

ooOoo

Tau ga kenapa ibu-ibu indo yang di Qatar pada betah?

1. Karena gaji suami yang berlipat
2. Benefit dan kualitas hidup yang lebih baik
3. Waktu kumpul keluarga yang lebih banyak
4. Umrah dan haji lebih mudah dan murah
5. Keselamatan dan keamanan anak-anak
6. dll, sebagaimana postingan Mengapa Harus ke Qatar.

Tapi, yang paling penting (dari kaca mata ibu-ibu) adalah suaminya aman dari gangguan orang lain, terutama dari kaum hawa….

Lah…koq bisa?
Sudah maklum bagi kita, banyak kisah ketika seorang laki-laki yang memiliki materi lebih dari cukup di Indo akan banyak gangguan dan godaan dari jenis ini datang dari lingkungan sekitarnya. Baik itu di lingkungan tempat tinggal, di tempat kerja, di jalan, di bis, di kereta, di mall, dll. Hal ini bisa terjadi karena memang kondisi lingkungan dan masyarakat kita sangat memungkinkan untuk hal tersebut.

Tentunya bagi sebagian orang, gangguan dan godaan tersebut mungkin tidak pernah terjadi, atau pernah ada tetapi tidak menjadi sesuatu yang berarti. Namun bagi sebagian yang lain, bisa jadi itu menjadi masalah yang serius, karena kejahatan itu - menurut istilah Bang Napi -, selain datangnya dari niat pelakunya, juga karena ada kesempatan.

Di bandingkan dengan kondisi di Qatar, hal ini sangat jauh berbeda karena kodisi, budaya dan lingkungannya yang memang sangat berbeda, sehingga (setidaknya) kesempatan untuk melakukan hal tersebut sangat kecil peluangnya . Di Qatar, wanita sangat di hargai dan sangat di hormati. Makanya ga aneh kalo lagi antri atau menggunakan fasilitas umum, maka wanita lebih di utamakan (coba bedakan dengan kondisi di Indo saat kita naik bis atau kereta….). Di tempat kerja jarang sekali ada yang bekerja secara bersamaan dalam satu ruangan antara laki-laki dan perempuan kecuali di tempat umum. Jemputan kerja juga dibedakan antara kaum adam dan kaum hawa. Di mall-mall hampir tidak ada pemandangan ABG berlainan jenis saling bergandengan. Biasanya rombongan ABG laki-laki jalannya sesama laki-laki dan sebaliknya. Bahkan di tempat hiburan yang bertema air seperti Aqua Park (sejenis Water Boom di Cikarang) ada tulisan yang sangat mencolok di pintu masuk agar pengunjung menggunakan pakaian yang menghargai adat istiadat orang Qatar…

Selain itu perempuan “iseng” juga tidak akan pernah kita temui, setidaknya bagi orang awam. Boro-boro yang “iseng”, yang baik aja jarang karena perbandingan jumlah wanita di Qatar sangat sedikit dari pada laki-laki.

Disamping itu, hal lain yang mendukung terciptanya lingkungan kondusif tersebut adalah adanya payung hukum yang tegas dari pemerintah Qatar bagi mereka yang berurusan dengan masalah ini, dengan ancaman penjara, denda dan deportasi. Sehingga sebagian para suami “Dipaksa” oleh lingkungan di Qatar untuk menjadi lebih baik. Semoga saja (kalau ada) rasa “Keterpaksaan”, akan berubah menjadi “Keikhlasan” sehingga hidup terasa lebih berarti dan diberkahi.

Jadi, untuk ibu-ibu yang masih di Indo, ayo dukung suaminya untuk pindah ke Qatar demi kehidupan yang lebih baik….

Kamis, Mei 27, 2010

Telah datang buah hati yang dinanti

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang Maha Pemberi. Telah datang buah hati yang dinanti -putra ke 3 abang- dengan sehat dan selamat di Al-Emadi Hospital pada hari Senin, 24/05/2010.

Senin, Mei 24, 2010

Special untuk Nyonye tercinta

Tulisan ini sangat special abang posting untuk Nyonye tercinta. Seseorang yang mau di ajak susah dan senang, sedih dan gembira. Seorang wanita muslimah yang mau menemani abang diperantauan dengan panas dan dinginnya suhu di tanah arab, dengan alam dan adatnya yang keras. Rela meninggalkan saudara dan keluarga besarnya yang berasal dari Betawi -dan ini langka- untuk menjadi pendamping setia. Seorang ibu yang menyayangi, mendidik dan mengajar dengan sangat sabar kepada para buah hati abang.

Abang yakin, seyakinnya ada sesuatu yang diharap olehmu dari semua "pengorbanan" itu, ridho ilahi. Atas semua ini, abang hanya bisa berdo'a semoga Allah Robbuna Kariim, yang Maha Kaya lagi maha Pemberi, memberikan ganjaran yang banyak kepadamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang tinggi, amin.

Istriku...,
Saat ini abang tau bahwa dalam beberapa hari kedepan, insya Allah engkau akan berjuang (lagi) melahirkan buah hati kita tercinta. Abang juga tau bahwa engkau akan menghadapi puncaknya masa-masa sulit bagi seorang wanita. Bahkan abang juga tau bahwa ini adalah jauh lebih sulit dari dua persalinan sebelumnya bersama 1001 masalah yang ada didalamnya.

Wahai ibu dari anak-anakku....,
Abang sangat mengenalmu sebagai wanita yang kuat, istri sholehah, ibu yang penyabar. Tiada kata yang dapat abang sampaikan untuk memberi semangat dan dorongan atas perjuanganmu ini melainkan apa yang menjadi kaidah dalam beragama "Al jazaau min jinsin amal"...balasan itu tergantung dari jenis (susah) nya beramal...dan "Laisal jazaaul ihsaanu illal ihsaan"..tidaklah kebaikan itu melainkan akan dibalas dengan kebaikan juga...

Hendaklah Engkau senantiasa mengingat pula berita baik dari Sang Pemilik segalanya "Fa innama'al 'usri yusraa..innama'al 'usri yusraa". Tidaklah sia-sia Dia mengkhabarkan kepada kita bahwa "setelah kesusahan, ada kemudahan". Bahkan khabar itu diawali-Nya dengan kata taukid "inna" sebagai penguat dan diulang sekali lagi sehingga memang setelah kesempitan pasti ada kelapangan, setelah kesusahan pasti ada kemudahan.

Pendampingku yang setia....,
Menjelang persalinan ini abang mengucapkan: "Selamat berjuang, diri dan do'a abang senantiasa menyertaimu".

Abang
yang selalu menyayangimu.

Minggu, Mei 23, 2010

Memilih Rumah Sakit dan dr Kandungan

Ketika usia kandungan menjelang 8 bulan akhir, tiba saatnya bagi abang dan istri untuk memilih rumah sakit dan dokter kandungannya. Ada beberapa rumah sakit dan klinik di Qatar yang menyediakan fasilitas bersalin. Masing2 mempunyai plus-minus. Diantaranya yang abang kenal dan yang banyak di kunjungi oleh teman2 expat adalah :

1. Hamad Hospital
Ini adalah rumah sakit terlengkap dari segi peralatan, dokter dan perawatnya. Kualitasnya juga nomor wahid. Semua rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Qatar, apabila tidak sanggup menangani pasiennya, akan di rujuk ke sini. Seperti RS. Cipto lah kalau di Indonesia.
Dengan hanya menunjukkan health card, istri kita bisa menjalani proses melahirkan di rumah sakit pemerintah Qatar ini. Biayanya pun sangat terjangkau. Teman pernah cerita kalau istrinya lahiran disini (ceasar) dan menginap selama 3 malam di ruang sekalas VIP, hanya membayar 200QR.

Namun ada susahnya kalau mau lahiran di Hamad Hospital. Pasiennya terlalu banyak dan proses pendaftarannya yang rada ribet. Masih kata teman, istri kita harus melalui 4 meja administrasi dulu, baru akan ditangani. Satu lagi, dan ini yang bikin istri ga mau ke rumah sakit ini. Suami pasien ga boleh ada di rumah sakit ini dari awal pendaftaran sampai nanti keluar rumah sakit, karena.....untuk bagian melahirkan ini adalah kawasan women only.

2. Al-Ahli Hospital
Ini adalah rumah sakit swasta termewah di Qatar. Desain interiornya seperti hotel berbintang 5. Dokter praktiknya juga lumayan lengkap. Hanya saja kata teman2 kerja abang yang bekerja di bagian medis, perawat di RS ini masih banyak yang belum mahir dan trampil. Waduh...

Selain itu biayanya itu loh...biar di cover 20.000 QR selama masa kehamilan dan lahiran, tetap aja kitanya nombok. kalau sedikit sih, no problem, tapi kalau sudah keterlaluan, gimana yah ?. Teman satu bagian dengan abang, istrinya melahirkan disini dengan ceasar tahun lalu dan harus nombok 12.000QQR !!!.

3. Al-Emadi Hospital
Rumah sakitnya lebih kecil dari Al-Ahli hospital. Begitu juga dengan jumlah dokter dan jenis pelayanannya, lebih sedikit. Namun banyak teman2 yang menyarankan untuk ke sini, karena selain pelayanannya bagus, perawatnya juga banyak yang oke. Biayanya juga tidak sebesar Al-ahli. Biasanya tidak melebihi budget yang sudah ditentukan (rada memihak nih..)

Akhirnya setelah diskusi, abang dan istri sepakat untuk memilih Al-Emadi Hospital. Namun, jika terjadi kasus atau kelainan yang diluar perkiraan, harus bersiap di transfer ke Hamad Hospital.

Saat ini istri sudah kontrol 2x kali di sini dengan dr. Rafah, perempuan berkebangsaan Iraq. Sejauh ini kesan terhadap dokternya memuaskan lah. Komunikasi dengan dokternya pun sangat lancar, terkadang abang sengaja membiarkan istri belajar banyak nanya dengan dokter yang satu ini. Biar jika harus ke Hamad Hospital, dianya bisa mandiri.

Mohon do'a dari teman2 agar semua proses lahiran ini berjalan dengan baik dan selamat.

Masalah Kadar Gula

Saat memasuki pekan ke 30 masa kehamilan, ada masalah baru, Kadar gula dalam darah naik !.

Padahal secara medis, memang wajar kadar gula naik bagi ibu2 hamil saat kandungan berusia 28-32 pekan, karena si pankreas tidak bisa menghasilkan insulin dengan sempurna sehingga kadar gula menjadi lebih tinggi. Sedangkan kita tahu bahwa insulin itulah yang akan menetralkan kadar gula.

Lain lubuk lain ikannya. Lain negara, lain concern masalahnya.
Di Qatar, Kadar gula tinggi menjadi isu yang sangat di perhatikan, bahkan menjadi kampanye nasional untuk mencegah dan mengurangi penyakit mematikan ini. Begitu pula dengan wanita hamil, kadar gula tinggi menjadi suatu yang harus segera diatasi, karena katanya akan berpengaruh buruk pada kondisi fisik si bayi nantinya. Walhasil, akhirnya istri abang di wajibkan untuk diet gula selama 2 pekan. Kalau program diet ini gagal maka akan di treatment dengan insulin, waduh......Perasaan dulu waktu di indo asik2 aja tuh selama hamil. Ga pernah berurusan dengan kadar gula, bahkan ada dokter yang nyaranin banyak makan ice cream dan coklat biar bayinya jadi tambah montok.

Alhamdulillah, setelah berjuang keras menjalani masa diet, istri abang berhasil menurunkan kadar gulanya. Jempol dah....

Kontrol Rutin Bulanan


Kontrol bulanan selama masa kehamilan dilakukan di MMC, semacam klinik milik perusahaan. Selain dekat dengan tempat tinggal dan gratis (tidak dipotong dari jatah insurance), juga memiliki fasilitas yang lebih dari cukup.

Setelah 8 bulan kehamilan, barulah dokter MMC memberikan semacam surat pengantar ke RS manapun di Qatar yang ingin kita jadikan sebagai tempat persalinan. Kecuali jika ditemukan adanya gejala kelainan, akan segera di rujuk ke Hamad Hospital, RS terlengkap di Qatar.

Selama 8 bulan kehamilan, cek urine dan darah menjadi agenda rutinnya. Makanya istri abang sekarang sudah biasa melihat jarum suntik, ga takut lagi seperti dulu di Indo, Sabar ya De...entar juga berlalu masanya....he..he...(gombal mode ON). Selama hasil pemeriksaan yang ada pada kedua sampel tersebut normal, para dokter hanya memberi obat yang "normal" pula, seperti penambah zat Besi, Asama folat dan Calsium. Ini bukan karena mereka pelit dengan harga obat yang harus di keluarkan, tetapi memang ada alasan lain. Abang pernah tanya kenapa mereka tidak pernah memberi multivitamin, hormon penambah ASI atau obat-obat "perangsang" lainnya, mereka bilang sepanjang hasil cek keduanya OK, maka ketiga obat tersebut sudah cukup menyokong masa kehamilan. Adapun kebutuhan lainnya akan bisa diproduksi secara natural oleh tubuh itu sendiri.

Ehm.....abang pikir2 masuk akal juga sih. Sekarang coba bedakan dengan sebagian dokter (oknum) di Indo yang selalu "mengobral" abat2an ke pasien, khususnya pasien berasuransi...tau sendiri lah...

Selama masa itu juga, hanya dilakukan 2x USG, yaitu ketika kandungan berumur sekitar 4 bulan dan 7 bulan.

Oh, ya kalau melihat dari segi peralatan, umumnya fasilitas kesehatan di Qatar memiliki peralatan yang lengkap dan canggih. Tidak kalah lah dengan RS. Hermina atau RS. Mitra Keluarga di Jakarta. Tapi kalau dari segi kualitas atau personal skill para dokter dan perawatnya, jauh..... tertinggal dengan Indonesia.

Misalnya dari beberapa dokter yang pernah abang temui (bukan hanya di MMC), kebanyakan hanya bisa mengetik dengan "11" jari alias 2 jari. Terkadang masih bingung mencari tuts huruf yang ada di keyboard, Memalukan !. Mereka cuma menang dari segi bahasa dan cara meyakinkan pasiennya saja. Sedangkan para perawatnya, kita hanya akan nyaman kalau ditangani oleh mereka yang berasal dari philipphine atau Indo, karena mereka sangat trampil dan cekatan. Selebihnya...was2 aja bawaannya....

Anyway, sampai kontrol bulan kedelapan istri masih bisa "menikmati" masa kehamilannya.

Kamis, Mei 20, 2010

Aye telat Bang….

Memiliki buah hati adalah impian setiap pasangan suami istri. Terutama bagi mereka yang menginginkan banyaknya kebaikan yang didapat dari mereka, di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang kita maklum bersama, memiliki buah hati adalah pengalaman yang sangat berkesan. Nah..apalagi kalau memiliki buah hati di negri orang.

Oh, ya…banyak pasangan expat yang tadinya susah punya keturunan, namun begitu datang ke Qatar, dengan takdir Allah jadi mudah mendapatkan keturunan. Bahkan ada yang langsung dapat setiap tahun padahal sebelumnya waktu di Indo bertahun-tahun susah untuk mendapatkannya.

Beberapa diantara mereka, mendapatkan buah hati setelah pulang dari tanah suci dan berdo’a disana. Salah satu sebabnya juga mungkin karena di Qatar waktu bertemu keluarganya juga lebih banyak sehingga peluang untuk mendapatkan sang buah hati juga menjadi lebih banyak (silakan baca lagi disini).

Balik lagi ke cerita tentang buah hati abang. Ini semua diawali ketika suatu saat nyonye berbisik pada abang : “…Aye telat Bang...”. “Ufh…alhamdulillah…”, sambung abang dengan senyum kemenangan…Lha koq? iyalah abang tulis dengan “kemenangan” karena anak abang yang terakhir kan sudah berumur 4.5 tahun sedang yang pertama berumur 8.5 tahun. Sudah lumayan lama menunggu yang ketiga.

Besoknya abang langsung antar nyonye ke Mesaieed Medical Centre (MMC) yang berada diseberang komplek untuk memastikan kondisi nyonye. Ketemu dokter, cek urine dan ternyata hasilnya POSITIF…, sekali lagi Alhamdulillah…

“Trus gimana Bang..?”, tanya nyonye. “Yaa… jalan terus..”, jawab abang dengan semangat. Abang tau sebenarnya nyonye sedikit ragu untuk melahirkan di negri orang. Tapi, kalau di pikir-pikir toh sudah banyak expat indo yang istrinya lahiran di Qatar. Jadi, bismillah aja, kami putuskan untuk lahiran di Qatar.

Hari itu juga kami langsung buat janji ketemu dokter dan bagian kebidanan (antenental) untuk kontrol bulanan. Sejak itulah dimulai cerita Menanti Buah Hati yang Dinanti.